Bagian 1 Big Vision Empty Wallet: Mengejar Impact Bukan Uang
Banyak yang bertanya, “Bagaimana caranya
menjadi orang yang superkaya?” Namun yang penting bukan menjadi orang
kaya. Banyak yang menghubungkan Sandiaga Uno
dengan peringkat dan kekayaan. Namun yang lebih penting adalah
kontribusi yang ingin kita berikan kepada masyarakat, yang kita
perjuangkan. Manfaat apa yang ingin kita wariskan bagi dunia. Suatu saat
peringkat, kekayaan, saham, dan network tidak akan dapat memotivasi
kita. Namun yang akan mendrive kita adalah impact, legacy, dan kontribusi yang akan kita tinggalkan bagi dunia.
Contohnya Soichiro Honda, apa yang sebenarnya Honda inginkan? Ia tidak menginginkan kekayaan. Ia bermimpi akan personal mobility for everyone. Adanya kemudahan bertransportasi bagi semua orang. Semua orang lebih mudah untuk bertransportasi. Ia bermimpi mobil yang affordable bagi
semua orang. Bukan hanya orang Jepang, tapi orang di seluruh dunia.
Inilah visinya sewaktu memulai usaha sebagai pembuat mobil. Mulanya,
mobil Honda selalu menjadi bahan tertawaan di Amerika. Mobil Honda saat
itu merupakan mobil yang kualitasnya paling rendah. Namun ia tetap
bertahan karena mobil inilah yang Honda inginkan, mobil yang affordable
bagi semua orang. Dengan bertambahnya pengalaman, mobil Honda
kualitasnya bertambah baik.
Contoh lainnya adalah Steve Jobs, visinya adalah computer for the rest of us.
Steve Jobs ingin komputer yang mulanya barang mahal dan langka, yang
ukurannya sangat besar, dapat dikecilkan menjadi kebutuhan semua orang.
Komputer dapat membantu orang banyak dalam mengoptimalkan pekerjaan
sehari-hari. Ia tidak pernah bermimpi market capitalization Apple lebih besar dari Microsoft, yang saat ini terjadi.
Senada pula dengan Tony Fernandes. Tony
Fernandes tidak bermimpi untuk menjadi selebritis ataupun menjadi orang
paling kaya di Malaysia. Namun saat ini dialah orang terkaya ke-12 di
Malaysia. Mimpinya adalah membuat air travel affordable bagi semua orang
Malaysia. Dulu, untuk terbang dari Kuala Lumpur ke Singapura
membutuhkan biaya USD 300-400 per orang. Dengan konsep Air Asianya, Tony
Fernandes membuat penerbangan bisa affordable bagi semua orang. Hingga
sekarang dari Kuala Lumpur ke Singapura bisa hanya USD 15. “Now Everyone Can Fly” Air Asia
Saya sendiri memiliki visi Indonesia
bisa setara. Walau memiliki banyak potensi, potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia, Indonesia masih diragukan, tidak dianggap setara.
Yang mendorong saya dalam beraktivitas adalah Indonesia menjadi setara
dalam hal potensi. Jika Saya mengejar kekayaan, saya hanya akan terus
mengejar transaksi-transaksi berikutnya tanpa mau membagi ilmu.
Dari 4 tokoh tadi, yang dapat kita pelajari adalah “it’s the vision, not the money.” Jika kita dapat mendefinisikan visi kita dan konsisten dalam mengejarnya, uanglah yang nantinya akan mengejar kita.
Bagian 2 : Who’s Got Your Back
Setiap orang yang sukses memiliki
seseorang yang berdiri di belakangnya. Figur inilah yang perlu kita
cari, orang di belakang kita yang menginspirasi kita. Ibarat seorang
anak kecil yang baru terlahir ke dunia, ia membutuhkan orang tua yang
sudah puluhan tahun hidup di dunia untuk memberikannya petunjuk dan ilmu
untuk berhasil. Untuk berhasil dalam bidang apapun kita harus memiliki
guru yang bagus. Belajar Kung Fu ataupun belajar bisnis membutuhkan guru
yang hebat. Berikut beberapa cerita tentang orang sukses dan peran
orang-orang yang membimbingnya.
Siapa orang di belakang Apple?
Steve Jobs, pendiri Apple Computers dan
Pixar Animation Studio adalah seorang anak yang serahkan ke lembaga
adopsi anak karena ibunya masih kuliah. Kemudian ia diadopsi oleh
keluarga kelas menengah dengan ayah yang tidak pernah lulus SMA dan ibu
yang tidak lulus kuliah. Bagaimana orang yang memiliki latar belakang
biasa-biasa ini menjadi seorang millionaire pada usia muda? Siapa orang yang berpengaruh dalam kehidupan Steve Jobs?
Untuk itu kita perlu melihat kembali ke
masa remajanya. Saat ia masih di kelas 2 SMP, Steve Jobs (13 tahun) dan
teman-teman satu kelompoknya mendapatkan tugas untuk membuat rangkaian
elektronika. Salah satu temannya berkata “kita membutuhkan chip untuk
membuat rangkaian ini. Chip ini hanya bisa ditemukan di pabrik HP
(Hewlett Packard).” Keesokan harinya Steve Jobs datang ke sekolah dengan
membawa chip yang mereka butuhkan. Sontak teman-teman satu kelompoknya
pada kaget dan salah satu bertanya “Dari mana kamu dapatkan chip ini?”
Jobs menjawab “Saya telepon Bill Hewlett dan saya minta kepadanya”.
Temannya bertanya lagi “Darimana kamu tahu nomor telpon Mr. Hewlett?”.
Dengan ringan Jobs menjawab “Ada di yellow pages”. Sore itu Steve Jobs
menelpon rumah Bill Hewlett, pendiri Hewlett Packard bersama David
Packard. Jobs dan Hewlett berbicara selama 20 menit dan Jobs tidak hanya
mendapatkan chip yang mereka butuhkan, tapi Jobs juga mendapatkan summer job di
pabrik HP. Ini adalah awal hubungan akrab antara Steve Jobs dengan Bill
Hewlett dan David Packard. Ini merupakan cara yang cukup sederhana. Simple method, simple approach.
Jobs muda membuktikan bahwa kita dapat menembus batas jika kita mau. Kita dapat berhubungan dengan orang yang kita kira unapproachable.
Hanya dengan membuka yellow pages dan meneleponnya. Untuk zaman
internet ini kita bisa mengirimkan emailnya. Buatlah dia terkesan dan
dia akan meluangkan waktu bagi kita untuk bertemu dengannya.
Tokoh yang berikutnya adalah Nolan
Bushnell, CEO Atari. Pada saat Steve Jobs berumur 17 tahun, ia
mendatangi kantor Atari. Sebuah perusahaan produsen game console kala
itu. Kepada satpam yang menjaga kantor itu dia berkata ingin mencari
kerja. Tapi karena penampilannya yang tidak rapi dan kurang meyakinkan,
satpam tersebut mengusir Jobs. Steve memilih untuk duduk di trotoar
hingga sore harinya. Kemudian akhirnya satpam tersebut menyerah dan
pergi menemui Nolan Bushnell, pendiri Atari yang juga CEOnya. Satpamnya
berkata “Pak, ini ada anak muda minta kerja”. Nolan menjawab “Suruh dia
masuk”.
Nolan kemudian bertanya pada Steve Jobs
“Kamu mau apa?”. Jobs menjawab “Saya mau kerja”. Nolan bertanya lagi
“Kamu bisa apa?”. Jobs menjawab “Saya gak bisa apa-apa, tapi saya mau
kerja”. Kata kuncinya adalah mau, Jobs mau kerja. Bushnell merespon “Ok,
kalau begitu kamu jadi asisten saya saja”. Mulai saat itu Jobs menemani
Bushnell ke mana setiap pertemuan-pertemuan penting dan menjadi sangat
intim dengannya.
Kesuksesan Apple ada karena Apple tumbuh
dengan memiliki 3 ayah angkat. Ayah angkat yang pertama adalah Bill
Hewlet dan David Packard, mentor dalam bidang hardware. Lalu ayah angkat
yang ketiga adalah Bushnell, mentor dalam bidang software. Jobs dan
Wozniak memiliki akses terhadap ketiga orang tersebut, yang merupakan
orang-orang terbaik di bidangnya.
Siapa orang di belakang Air Asia?
Penampakan pesawat Air Asia sangat mirip
dengan pesawat Virgin Atlantic. Air Asia merupakan contoh yang sangat
sesuai dalam mengaplikasikan ATM; Amati, Tiru, Modifikasi. Tony
Fernandes mampu mentransformasi industri pesawat terbang tidak hanya di
Asia, tapi juga di dunia. Ia membuat kita dapat terbang dari Kuala
Lumpur ke Paris dengan biaya kurang dari USD 250. Ia membeli Air Asia
hanya dengan USD 1 karena perusahaannya saat itu sedang bangkrut. Dia
poles hingga Air Asia menjadi seperti sekarang ini.
Siapakah orang di balik Tony Fernandes?
Dialah Sir Richard Branson. Fernandes pernah bekerja untuk Branson di
Virgin Atlantic sebentar sebelum pindah ke Virgin Music dan mengabdi
pada Branson selama 4 tahun.
Siapa orang di balik Saratoga?
Saya di-PHK tahun 97, saat krisis
moneter terjadi. Saat itu saya tidak memiliki banyak pilihan sehingga
akhirnya memulai usaha dengan sahabat saya, Rosan Perkasa Roeslani. Saat
itu merupakan titik nadir kehidupan saya. Saking parahnya kondisi saat
itu, jika saya melamar ke 10 perusahaan maka 15 perusahaan yang akan
menolak lamaran tersebut. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mandiri
secara keuangan, menjadi pengusaha. Mulanya kami menyewa ruangan
berukuran 4×5 meter persegi di bilangan Kuningan, dengan 3 orang
karyawan. Saat itu semuanya kami lakukan sendiri, mulai dari office boy
hingga mengetik. Setelah 12 tahun menjalankan usaha, Alhamdulillah kami
telah mempekerjakan 20 ribu karyawan. Yang membawa saya hingga sejauh
ini adalah passion saya untuk memberikan manfaat. Untuk itu, kita tidak
boleh lengah karena kesempatan hanya datang sekali. Kesempatan itu ada
hanya untuk orang yang siap.
Di balik semua pencapaian ini, ada orang
yang sangat berperan bagi saya. Dialah William Soeryadjaya, pemilik
Astra. Sama seperti Steve Jobs, dulu saya merengek-rengek ke Pak
William, yang saya panggil Om William. Waktu saya menjadi pegawai di
Astra, Om William ini sangat menginspirasi saya. Visi Astra yang pertama
sungguh menggugah hati saya, yaitu menjadi aset bangsa. Bangsalah yang
ia pikirkan pertama kali, sebelum dirinya sendiri.
Ada kepedulian dalam diri Om William
kepada orang-orang di sekitarnya. Saya masih ingat dengan jelas kejadian
waktu tahun 98. Saat beliau menjadi mentor saya. Setiap sabtu saya
mendapat waktu ½ jam untuk makan siang. Waktu itu terjadi kerusuhan di
Tanah Abang, sekitar kantor beliau mulai dimasuki penjarah dan dibakar
oleh massa.
Seorang utusan dari kantor tersebut
datang untuk melapor dan berkata, “Om, kita harus bersyukur. Ruko-ruko
di sekitar kantor kita habis dijarah dan terbakar. Tapi hanya ruko Om
yang tidak dijarah, tidak terbakar. Mungkin ini balasan atas kebaikan
dan kebesaran hati Om selama ini. Ini perlu kita rayakan.”
Namun bukannya bahagia, wajah Om William
saat itu memerah menahan amarah. Setelah semenit terdiam beliau
menggeleng-geleng dan berkata, “kalian ini betul-betul keterlaluan,
tetangga-tetangga kalian itu tokonya dijarah dan terbakar. Bukannya
membantu mereka, kalian malah mensyukuri kantor kalian tidak terbakar.
Kalian seharusnya memikirkan mereka. Ini bukanlah hal yang patut
disyukuri, namun suatu panggilan agar kita melakukan lebih banyak hal
untuk orang-orang di sekitar kita.” Inilah keseharian dari Om William
yang menginspirasi saya dalam menjalankan perusahaan untuk lebih
memikirkan manfaat apa yang kita bisa berikan kepada masyarakat.
Menjadikan Indonesia Setara
dibanding memikirkan cara membuat perusahaan kita menjadi lebih besar,
dengan keuntungan lebih tinggi, ataupun meningkatkan peringkat
perusahaan di kancah internasional.
Dari contoh-contoh tersebut, sebenarnya apa konsep dari pelajaran-pelajaran tersebut? Konsep tersebut adalah apprenticeship, atau mentorship,
atau disebut juga ‘nempel.’ Konsep ini pernah dilakukan oleh
Abdurrahman bin Auf, waktu itu beliau ‘nempel’ dengan pedagang-pedagang
yang lebih senior. Nabi Muhammad SAW juga ‘nempel’ dengan
pedagang-pedagang yang sudah lebih dahulu sukses. Saya percaya bahwa
konsep apprenticeship inilah yang mampu membuat seseorang mengupgrade
dirinya dari pemula menjadi ahli. Dari yang tidak tahu apa-apa menjadi
jago Kung Fu seperti di film Kung Fu Panda.
Mentor atau guru pembimbing betul-betul
dibutuhkan. Saat belajar di sekolah, kita lebih mudah memahami pelajaran
jika ada guru yang membimbing. Begitu pula dalam bisnis, kalau kita
mencoba dan mentok. Pasti sulit jika kita memikirkannya sendiri. Namun
jika kita memiliki mentor, pasti akan lebih mudah untuk menyelesaikan
masalah yang ada.
Bagian 3 Big Vision Empty Wallet: Kunci Apprenticeship, Sekaligus Kunci Kesuksesan
Lalu kunci untuk menjadi apprentice
itu apa? Bagaimana kita bisa mendapat mentor? Tampaknya sulit untuk
meminta Bob Sadino ataupun Ciputra untuk menjadi mentor kita. Namun jika
kita mau, saya yakin kita pasti bisa. Kunci dari apprenticeship ini
sejalan pula dengan kunci kesuksesan. Inilah kunci dari apprenticeship:
1. Kejujuran
Kita harus memiliki kejujuran. We have to be true to ourself, to be honest.
Kita harus percaya bahwa kejujuran bisa membuka semua pintu. Contohnya
saya sendiri, saya meminta Om William untuk menjadi mentor saya, “Om,
saya ingin belajar, ingin berguru sama Om.” Om William bertanya “apa
motivasi kamu?” Saat itu, setelah saya di-PHK, rasa percaya diri saya
hilang. Dengan jujur saya bilang, “saya tidak memiliki percaya diri sama
sekali. Namun ketika saya berada di dekat Om William, motivasi saya
meningkat. Saya juga ingin menunjukkan sama orang-orang kalau saya dekat
sama Om William.” Beliau menghargai kejujuran saya, “Oke, kalau begitu
datanglah setiap sabtu. Kita makan siang sama-sama.” Sejak itulah Om
William menjadi mentor saya.
2. Kepercayaan
Trust is everything. Modal
bisnis itu amanah, kepercayaan. Dengan reputasi yang baik, kita bisa
mengukir prestasi. Jika kita dipercaya, tidak ngemplang, tidak ingkar
janji, orang akan berbondong-bondong ingin berbisnis dengan kita. Kita
harus mampu mengatakan tidak kepada yang neko-neko sambil tetap jujur,
uanglah yang akan mengejar kita.
3. Never give up
Seringkali kita hanya melihat sisi
kesuksesan dari seorang pengusaha. Namun dibalik setiap kesuksesan,
pasti ada kegagalan. Kegagalan itu menjadi keseharian dari seorang
pengusaha. Saya seringkali merasa down ketika mengalami kegagalan. Namun
saya selalu ingat akan cerita yang selalu saya ceritakan, saya baca
berulang-ulang. Cerita Harland David ‘Colonel’ Sanders.
Colonel Sanders mulai usaha setelah dia
pensiun dan resep KFCnya ditolak lebih dari seribu kali. Oleh karena
itu, setiap kali saya gagal meyakinkan bank. Saya selalu bertanya sudah
berapa kali saya mencoba. Jika jawabannya baru 10 atau 20 kali, itu
belum ada apa-apanya dibanding Colonel Sanders. So, never give up.
4. Think outside the box
Jika kita berpikir outside the box, anything can happen.
Kita harus berpikir di luar kelaziman. Contohnya saat krisis terjadi.
Saat krisis terjadi, umumnya orang-orang mencari payung dan berteduh.
Namun jika kita think outside the box, akan terlintas bahwa di
balik krisis pasti ada peluang. Saat kami membeli hotel, orang-orang
takut membeli properti dan harga properti jatuh. Kita malah berani
mengambil risiko. Kita beli, modifikasi, dan renovasi. Setelah 4 tahun,
hotel ini menjadi lebih bagus dan harganya menjadi lebih tinggi. Jika
tidak berpikir out of the box, kesuksesan hotel ini tidak akan terjadi.
Contoh lainnya adalah bisnis batu bara.
Pada tahun 2000 ketika kami akan terjun ke bisnis batu bara, semua orang
menertawakannya. Rumor yang ada saat itu industri batu bara akan
kolaps, tidak ada yang mau menggunakan batu bara lagi. Namun kita
berpikir out of the box, kami percaya bahwa pascakrisis negara
dan industri pasti membutuhkan energi dan energi yang paling mudah
didapat adalah batu bara. Saat akan memulai investasi, kami mengajukan
proposal ke bank namun tak ada bank yang percaya. Oleh karena itu kami
coba galang dana melalui teman-teman dan investor di luar negeri.
Tahun 2005, terbuktilah bahwa investasi
ini tepat. Setelah ekonomi membaik, harga batu bara naik 4 kali lipat
dibanding tahun 2000. Investasi awal kami sudah naik nilainya sebesar 80
kali lipat. Saat kami beli, Adaro Energy tidak masuk dalam 500 perusahaan terbesar di Indonesia. Namun kini, Adaro menjadi 10 perusahaan terbesar yang terdaftar di BEI.
Jika konsep out of the box ini diterapkan sembari true to the nature, tidak mudah dipengaruhi oleh rumor yang ada, insya Allah usahanya akan terlaksana.
Dengan kunci keinginan yang kuat, kejujuran, kepercayaan, pantang menyerah, dan think outside the box, kita akan dapat mendapatkan mentor yang kita butuhkan dan impact yang kita inginkan dari perusahaan kita pun dapat terlaksana.
Sumber:
http://sandiaga-uno.com/seminar-entrepreneurship-bervisi-besar-berdompet-kosong/